Lezatnya Kuliner Warung Bakmi Jowo Mbah Gito Yogya Pancen Bikin Ngangenin

BERKUNJUNG ke Yogyakarta terasa kurang lengkap jika tak mampir di warung Bakmi Jowo Mbah Gito. Warungnya terletak di pinggiran Kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Nyi Ageng Nis No.9 Kotagede, Yogyakarta.

 

Kuliner yang satu ini sudah sangat terkenal. Pelanggan dan pembelinya lumayan banyak,  datang dari mana-mana.

 

Tak heran,  jika ingin nguliner di warung ini pembeli atau pelanggannya wajib antre. Pembeli silih berganti datang dan pergi. Kondisi warung setiap saat ramai.

 

Penulis beberapa waktu yang lalu berkesempatan menyambangi Yogya bersama rekan-rekan jurnalis.

 

Kesempatan tadi tentu saja  dimanfaatkan untuk menebus rasa penasaran,  ingin mencicipi kuliner di warung bakmi Mbah Gito.

 

Dalam kondisi perut yang mulai keroncongan, usai mengikuti rapat kerja PWI Indramayu dilanjut Musyawarah Kerja IKWI Indramayu, rombongan wartawan sepertinya sudah tidak sabar, ingin segera menikmati kuliner di warung bakmi Mbah Gito. 

 

Bus bergerak mengarah ke tempat yang dituju. Sekitar 40 menit, sopir membelokkan kendaraan menuju ke sebuah jalan yang tidak begitu lebar. Persis di perempatan menuju jalan Nyi Ageng Nis terpasang tanda larangan melintas, jalan ditutup oleh  plang rambu lalu lintas.

 

Penumpang terpaksa menunggu,  sebelum bus melanjutkan perjalanan dan belok menelusuri jalan Nyi Ageng Nis.

 

Di ujung jalan rombongan mulai melangkahkan kaki.  Terlihat cukup banyak kendaraan diparkir di lahan kosong yang luasnya sekitar dua kali lapangan bolavoli.

 

Di hati terbayang, betapa megah dan modernya tempat jualan Bakmi Mbah Gito yang sudah sangat tersohor itu.

 

Ternyata  perkiraan penulis meleset,  hal itu setelah langkah kaki rombongan terdepan tiba-tiba berhenti  persis di depan bangunan menghadap ke pekuburan umum.

 

Pada bagian depan atau front bangunan itu tertulis Warung Bakmi Mbah Gito Jalan Nyi Ageng Nis No.9 Kotagede, Yogyakarta.

 

Pemilik warung menamai bangunan itu “Gubug Rembug Budaya.” Tidak begitu paham, apa maksud yang terkandung di dalam makna nama tersebut.

 

Tetapi yang jelas, material pada exterior maupun interior bangunan didominasi kayu dan bambu.

 

Di pintu masuk sisi kanan ada ukiran tokoh pewayangan setinggi orang dewasa, seakan menyambut para penikmat kuliner. Pada bagian atas tampak lumpang kayu usang dipasang sebagai banner.

 

Warung bakmi berlantai dua dan terkesan unik. Kedua lantai dipenuhi aksesoris dan hasil pahatan kayu, termasuk satu set wayang kulit.

 

Tersedia cukup banyak bangku dari kayu tempat duduk penikmat kuliner.

 

Kondisi warung pada hari Minggu itu tampak ramai. Saking ramainya, suasana warung menyerupai pasar senggol.

 

Masuk melalui pintu utama melewati pawon. Dua pria juru masak atau koki sibuk menyiapkan pesanan. Ternyata cara memasaknya secara massal. Mie yang sudah masak disajikan di piring.

 

Soal rasa, kata seorang rekan wartawan memang lezat. Porsi irisan ayam kampungnya lumayan banyak dan terasa gurih. Kuah dari kaldu ayam berminyak, walaupun tidak terlalu kental.

 

“Rasanya lumayan enak. Mengingatkan mie godog atau mie goreng yang dijual pedagang di jalan Tembaga Indramayu,” komentar Dedy Setiono Musashi.

 

Dedy tak menampik bahwa warung Bakmi Mbah Gito itu sudah dikenal luas. Oleh sebab itu,  pembelinya banyak sampai antre.

 

Seorang rekan wartawan H. Wawan Wahyudi menyebut, harga satu porsi mie godog, mie rebus atau mie cemek sama yaitu Rp 33 ribu.

 

Warung Bakmi Mbah Gito tak hanya menjual menu utama berupa masakan mie. Tersedia juga nasi, ayam goreng dan yang lainnya.(Taryani)

Array
Related posts
Tutup
Tutup